Laman

Landscape

Landscape
"Good View"

Jumat, 17 Desember 2010

Makalah Rencana Penelitian



SIDANG KOMISI
SEKOLAH  PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

 


NAMA                                   :   SABAHAN
NOMOR POKOK                    :    A451090061
PROGRAM STUDI                  :    ARSITEKTUR LANSKAP
JUDUL PENELITIAN              : PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT (COMMUNITY-BASED ECOTOURISM) DI KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS KALIMANTAN BARAT.
KOMISI PEMBIMBING          :   1. Dr. Ir. Setia Hadi, MS
                                                 2. Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
HARI/TANGGAL                    :   JUMAT/ 26 NOPEMBER 2010
WAKTU                                 :   14.00 WIB - SELESAI
TEMPAT                                :   RUANG SIDANG BAWAH ARL
 



                                             

PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Berbagai organisasi internasional antara lain PBB, World Tourism Organization (WTO), dan The International Ecotourism Society (TIES) telah mengakui bahwa pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut lingkungan, kegiatan sosial dan ekonomi. Prospek pariwisata ke depanpun sangat menjanjikan bahkan sangat memberikan peluang besar, terutama apabila menyimak angka-angka perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan WTO yakni 1,046 milyar orang (tahun 2010) dan 1,602 milyar orang (tahun 2020), diantaranya masing-masing 231 juta dan 438 juta orang berada di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Dan akan mampu menciptakan pendapatan dunia sebesar USD 2 triliun pada tahun 2020.
           Sejak berkembangnya perhatian pada masalah lingkungan hidup, maka terjadi juga perubahan pada industri pariwisata dengan mulai dikembangkannya kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan. TIES (2008) mencatat, sejak tahun 1990 wisata berwawasan lingkungan terutama ekowisata telah berkembang 20% - 24% per tahun. Dengan melihat semakin berkembangnya wisata jenis ini, maka perlu dilakukan perencanaan kawasan wisata yang berwawasan lingkungan secara optimal di suatu daerah.  Dalam usaha pengembangan sektor ekowisata di suatu daerah sebaiknya  memperhatikan tiga aspek utama, yaitu aspek ekologis, ekonomi, dan sosial budaya. Hal ini harus dilakukan dalam suatu perencanaan jangka pan­jang, karena tujuan dari perencanaan ini adalah untuk menyeimbangkan ketiga aspek tersebut.
Pengembangan ekowisata yang baik didasarkan atas sistem pandang yang mencakup didalamnya prinsip kesinambungan dan pengikutsertaan masyarakat setempat dalam proses pengembangan ekowisata tersebut. Pemberdayaan masyarakat ini berarti upaya memperkuat kelompok-kelompok masyarakat untuk mengontrol dan mengelola sumber daya ekowisata yang sangat bernilai dengan cara-cara yang tidak hanya dapat melestarikan sumber daya yang ada akan tetapi juga mampu memenuhi kebutuhan kelompok tersebut secara sosial, budaya dan ekonomi (Lindberg et al,1993). Oleh sebab itu peran serta masyarakat dalam pengembangan ekowisata sangatlah penting untuk diperhatikan.
Ekowisata berbasis masyarakat (Community-Based Ecotourism) merupakan usaha ekowisata yang menitikberatkan peran aktif komunitas. Hal tersebut didasarkan kepada kenyataan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan tentang alam serta budaya yang menjadi potensi dan nilai jual sebagai daya tarik wisata, sehingga pelibatan masyarakat menjadi mutlak. Masyarakat dalam hal ini dapat menciptakan kesempatan kerja bagi masyarakat setempat, dan mengurangi kemiskinan, di mana penghasilan ekowisata adalah dari jasa-jasa wisata untuk wisatawan. Ekowisata membawa dampak positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang pada akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga antar penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan kegiatan ekowisata (Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, 2009).
           Di antara kabupaten di Indonesia yang merupakan kawasan pesisir dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan ekowisata  adalah kabupaten Sambas. Dengan panjang garis pantai 199,75 km (0,25% dari total panjang pantai Indonesia) dan berbagai sumber daya yang dimiliki, maka kabupaten Sambas mempunyai peluang besar dalam pengembangan ekowisata pesisir. Dari panjang total garis pantai tersebut, 63 km diantaranya merupakan garis pantai yang berada di kecamatan Paloh yang juga merupakan kecamatan di Sambas (selain Sajingan Besar) yang wilayah administrasinya berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia.
   Potensi yang dimiliki kecamatan Paloh didukung oleh sumber daya yang kaya untuk ekowisata, berupa sumber daya a­lam, sumber daya manusia, dan sumber daya budayanya.  Di kalangan masyarakat  kabupaten Sambas, kecamatan  ini dikenal dengan istilah kawasan pantai putih serta terkenal juga dengan sebutan pulau penyu. Dengan berbagai potensi ekowisata yang dimiliki dan keberadaannya yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia menjadikan Paloh cukup dikenal oleh wisatawan. Namun, berbagai potensi yang dimiliki tersebut masih belum mampu menjadikan sektor ekowisata berkembang sesuai dengan harapan masyarakat di wilayah ini. Permasalahan ini timbul salah satunya sebagai akibat kurangnya pelibatan masyarakat dalam proses pengembangan kawasan ekowisata di wilayah tersebut.
     Pengembangan kawasan ekowisata memang tidak terlepas dari peran serta masyarakat, oleh sebab itu potensi yang dimiliki masyarakat hendaknya harus menjadi pertimbangan penting dalam proses pengembangan kawasan ekowisata terutama menyangkut proses perencanaan. Adanya dukungan ma­syarakat dengan terben­tuknya beberapa kelompok sosial yang ada di kecamatan Paloh merupakan bukti kepedulian ma­syarakat terhadap potensi wila­yahnya. Dengan upaya perencanaan kawasan ekowisata yang berbasiskan masya­rakat,  maka diharapkan kegiatan ekowisata bisa dijadikan pilihan yang tepat untuk pengembangan kegiatan kepariwi­sataan di kecamatan Paloh.

Rumusan Masalah
Penelitian ini diperlukan untuk menjawab pertanyaan :
1.      Objek dan daya tarik apa saja yang ada di kecamatan Paloh?
2.       Bagaimana potensi pengembangan ekowisata di kecamatan Paloh?
3.    Bagaimana merencanakan jalur sirkulasi, objek dan atraksi serta fasilitas ekowisata yang dapat dikembangkan agar dapat melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat?
4.      Bagaimana peran serta masyarakat dalam usaha pengembangan ekowisata di kecamatan Paloh?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan lanskap kawasan ekowisata berbasis masyarakat di kecamatan Paloh, dengan menentukan zona-zona potensi wisata yang dilengkapi dengan jalur sirkulasi dan fasilitas penunjang lainnya. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
     1.      Mengidentifikasi dan menginventarisasi objek dan daya tarik ekowisata di  kecamatan Paloh.
2.      Menganalisis potensi sumber daya ekowisata yang dapat dikembangkan pada lanskap kawasan pesisir di kecamatan Paloh
3.      Menyusun konsep ekowisata dari segi zonasi ruang dan kegiatan manajemen yang mendukung perencanaan lanskap kawasan ekowisata berbasis masyarakat di kecamatan Paloh.
4.      Merekomendasikan rencana pengembangan ekowisata berbasis masyarakat kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sambas berdasarkan gambaran perencanaan kawasan yang dilakukan.

     Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini antara lain adalah :
1. Pedoman  pengembangan potensi pariwisata dalam usaha peningkatan     perannya sebagai penyeimbang lingkungan.
2.  Pengembangan penelitian dalam bidang pengelolaan sumber daya wisata berbasis ekologis.
3. Dasar pertimbangan dalam penentuan kebijakan dalam pengelolaan lanskap kawasan ekowisata berbasis masyarakat  di kecamatan Paloh.
4. Menggali potensi kearifan lokal (local wisdom) dalam pengelolaan sumber daya ekowisata di kecamatan Paloh.
5.  Dapat dijadikan salah satu solusi alternatif dalam mengatasi permasalahan wilayah di perbatasan.
6. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam proses perencanaan lanskap kawasan ekowisata di kecamatan Paloh.
7. Dapat digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi untuk penelitian selanjutnya.

Kerangka Pemikiran
Penelitian ini didasarkan oleh suatu pemikiran akan perlunya perencanaan lanskap kawasan ekowisata yang melibatkan peran serta masyarakat di suatu daerah yang merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumber daya alam dan manusia dalam usaha pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat.
Untuk membuat sebuah perencanaan lanskap kawasan ekowisata harus diketahui terlebih dahulu potensi sumber daya alam, budaya masyarakat setempat, arah pengelolaan kawasan dan fasilitas pendukung yang ada. Data sumber daya ekowisata yang dikumpulkan meliputi potensi fisik, biologi dan potensi sosial budaya. Data potensi masyarakat yang dukumpulkan berupa partisipasi dan keinginan masyarakat terhadap usaha pengembangan ekowisata. Data ini selanjutnya dianalisis untuk menentukan objek/atraksi, jalur sirkulasi, dan fasilitas di kawasan ekowisata yang akan dikembangkan. Secara skematis, kerangka pemikiran perencanaan lanskap kawasan ekowisata berbasis masyarakat di kecamatan Paloh disajikan dalam gambar 1.






 












METODOLOGI PENELITIAN

Tempat dan Waktu


Studi ini dilakukan di kabupaten Sambas dengan fokus lokasi penelitian pada kecamatan Paloh propinsi Kalimantan Barat. Daerah studi ini terletak pada 1º35135” Lintang Utara serta 2º05143” Lintang Utara dan 109º38156” Bujur Timur serta 109º28127” Bujur Timur.  Kecamatan Paloh merupakan kecamatan yang berada di wilayah pesisir kabupaten Sambas dan terletak di wilayah perbatasan negara Malaysia Timur (Serawak) dengan luas wilayah 1.148,84 km² (114.884 ha) atau 17,96 persen dari luas kabupaten Sambas. Secara administratif wilayah kecamatan Paloh dibatasi oleh laut Natuna di sebelah Utara dan Barat,  berbatasan dengan kecamatan Teluk Keramat dan Galing di sebelah Selatan,  dan berbatasan dengan kecamatan Sajingan Besar dan Serawak di sebelah Timur.  

                                        
Penelitian yang meliputi tahapan inventarisasi data, analisis, sintesis hingga konsep dan perencanaan serta penyempurnaan laporan akhir dilakukan selama 5 (lima) bulan, terhitung dari bulan Januari 2010 sampai dengan Mei 2011.

Metode Penelitian
Bahan, Alat, dan Data yang Diperlukan
          Dalam penelitian ini yang menjadi bahan penelitian adalah peta rupa bumi kecamatan Paloh, peta administrasi kecamatan Paloh, peta jaringan jalan kecamatan Paloh, Master Plan Kabupaten Sambas, kuisioner, panduan wawancara dan pemetaan partisipatif, dan data monografi kecamatan Paloh Tahun 2009.
       Alat yang digunakan dalam penelitian ini berupa perangkat kertas (hardware) antara lain berupa laptop, GPS, kamera, dan printer. Sedangkan perangkat keras (Software) yang digunakan meliputi microsoft office (Word, Exel, Power Point) dan Arc View GIS 3.3. Adapun perangkat lunak dan keras yang akan digunakan sesuai kegunaannya tertera pada tabel 1.

Tabel 1. Perangkat Keras, Perangkat Lunak, dan Kegunaannya
Perangkat Keras
Perangkat Lunak
Kegunaan
Laptop
Word
Pengetikan

Exel
Tabulasi data

Power Point
Presentasi
GPS

Tacking Lokasi
Kamera

Dokumentasi
Printer

Percetakan

 Arc. View GIS 3,3
Pemasukan data, pengolahan data vektor dan pembuatan peta

   Data dan informasi yang diperlukan meliputi:
a.       Data primer, terdiri dari :
·         Potensi wisata di wilayah kecamatan Paloh, meliputi aspek keberadaan, aksessibilitas, kepemilikan, intensitas, dan daya tarik ekowisata.
·         Potensi wilayah yang meliputi aspek biofisik berupa topografi, landuse, topografi, kualitas lingkungan, transportasi, akomodasi, sarana dan prasarana serta tata letak.
·         Sumber daya masyarakat berupa budaya dan ekonomi lokal, kondisi sosial masyarakat, dan akseptabilitas.                 
b.      Data Sekunder, terdiri dari :
·         Keadaan umum lokasi penelitian, meliputi letak, batas, batas, luas wilayah, sejarah, kondisi masyarakat lokal, kondisi topografi, tanah, iklim, dan fasilitas-fasilitas pendukung wisata yang tersedia.
·         Kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan tata guna lahan dan rencana pengembangan wilayah.
·         Data spasial, berupa data yang berbentuk peta yaitu peta rupa bumi Indonesia kabupaten Sambas skala 1 : 25.000, peta tata guna lahan dan  peruntukan lahan.
·         Data atribut, yaitu data yang berupa tulisan maupun dalam bentuk angka seperti : data statistik wilayah kecamatan Paloh dan data penunjang lainnya.

        Metode Penelitian
       Pendekatan
1.       Studi Pustaka dan Survei Pendahuluan
      Metode ini dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui kondisi umum lokasi penelitian serta membantu pengumpulan informasi-informasi umum terdahulu yang berkaitan dengan masalah penelitian. Studi pustaka dilakukan dengan cara  mengumpulkan, mempelajari, dan menelaah buku-buku, majalah-majalah, brosur-brosur, dokumen-dokumen, yang berkaitan dengan ruang lingkup penelitian.

2.      Wawancara 
           Wawancara atau interview merupakan proses interaksi dan komunikasi antara pengumpul data dan responden. Kegiatan wawancara secara langsung menggunakan panduan wawancara dan melalui penyebaran kuisioner secara purposive sampling dengan berbagai pihak yaitu instansi terkait, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dunia usaha (pengusaha), dan masyarakat.

3.    Pengamatan/Survei Lapangan
           Metode ini dilakukan untuk mengumpulkan data dengan cara mengamati, meneliti, dan mengukur kejadian yang sedang berlangsung, sehingga diperoleh data yang faktual dan aktual. Pengamatan lapangan dilakukan untuk menggali potensi sumber daya yang memungkinkan untuk dikembangkan sebagai objek/atraksi ekowisata. Pengamatan lapangan juga dilakukan untuk memperoleh posisi dari masing-masing objek/atraksi, jalur sirkulasi, fasilitas ekowisata sebagai hasil pengembangan dari pemetaan partipatif yang dilakukan masyarakat berupa penentuan koordinat titik yang diperlukan dalam proses pemetaan dengan SIG.

Prosedur Pelaksanaan Penelitian
1. Inventarisasi Data
Tahapan kegiatan ini bertujuan untuk pengumpulan dan penyediaan data/informasi yang dibutuhkan sesuai dengan ruang lingkup penelitian. Keseluruhan data,  baik data primer maupun sekunder dikumpulkan untuk diedit dan ditabulasi sebelum dilakukan pengolahan dan analisis data. Data primer yang bersifat kualitatif dianalisis secara deskriptif sesuai dengan tujuan penelitian, sedangkan data yang bersifat kuantitatif diolah secara tabulasi.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Metode deskriptif terdiri dari metode identifikasi yang merupakan kegiatan yang dilakukan setelah semua informasi dan data terkumpul yang didasarkan atas fokus penelitian yang telah disebutkan di atas. Identifikasi sederhana dilakukan berdasarkan poin-poin penting dan hal-hal yang menarik maupun kesamaan informasi maupun pandangan responden melalui wawancara dan kuisioner. Metode inventarisasi, yaitu pengelompokan data berdasarkan hasil identifikasi yang disandingkan dalam satu kesatuan data yang didasarkan fokus studi serta sumber informasi. inventarisasi juga dilakukan sebagai dasar penyusunan kerangka kerja penelitian. Interpretasi/penafsiran dilakukan setelah pengaitan antar data, interpretasi juga dilakukan dengan disertai teori yang relevan. Sesuai dengan kaidah penelitian kualitatif, melalui metode analisis yang dipilih, peneliti dapat membuat interpretasi dan dapat mempunyai kekuatan argumentasi didasarkan data yang diperoleh di lapangan.

2.      Analisis dan Sintesis Data
Analisis data meliputi analisis deskriptif dan analisis spasial. Metode analisis data potensi ekowisata yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kombinasi dari analisis objek/atraksi, analisis wilayah, dan analisis sumber daya manusia. Analisis objek/atraksi mencakup analisis terhadap potensi ekowisata berupa keberadaan, aksessibilitas, daya tarik, kepemilikan, keunikan dan intensitas yang dipadukan dengan hasil deleniasi karakter wilayah. Sedangkan analisis wilayah mencakup analisis terhadap aspek biofisik yang ada di lokasi penelitian. Pengumpulan data profil sumber daya ekowisata, sosial dan budaya melibatkan partisipasi masyarakat dilakukan dengan metode PRA (Participatory Rural Appraisal).
Teknik yang digunakan dalam metode PRA ini adalah teknik analisis SWOT dan pemetaan partisipatif.  Analisis SWOT dilakukan untuk mengetahui kodisi kepariwisataan saat ini (existing condition) yang dipergunakan untuk menetapkan strategi pengembangan ke depan. Sementara metode pemetaan partisipatif dilakukan dengan memplot informasi yang ada di lokasi penelitian dalam suatu peta. Pemetaan ini dilakukan berdasarkan informasi langsung dari masyarakat. Informasi tersebut dikumpulkan, dipetakan dan dianalisis untuk memberikan pemahaman kondisi yang lalu, kondisi saat ini serta memperkirakan potensi atau kondisi akan datang bagi pengembangan kawasan ekowisata. Juga untuk mengidentifikasi keterbatasan serta kesempatan pemanfaatan sumberdaya alam bagi pembangunan kawasan ekowisata pesisir yang berbasis masyarakat di lokasi penelitian.
Selain itu juga akan dilakukan analisis daya dukung kawasan ekowisata. Perhitungan daya dukung kawasan ekowisata menggunakan konsep daya dukung kawasan (DDK). Daya dukung kawasan merupakan jumlah maksimun pengunjung secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia.

      Perhitungan daya dukung ini menggunakan rumus :
      DDK = K x Lp/Lt x Wt/Wp
      Dimana,
      DDK               = Daya Dukung Kawasan Ekowisata
      K                     = Potensi ekologis pengunjung per satuan unit area
      Lp                    = Luas area yang dapat dimanfaatkan
      Lt                    = Unit area untuk ketegori tertentu
                    Wt                  = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk   kegiatan ekowisata  dalam satu hari
                     Wp                = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu

 Analisis peta dengan SIG merupakan merupakan pekerjaan penting dalam menentukan zona ekowisata potensial di lokasi penelitian, sehingga menghasilkan kemungkinan alternatif strategi pengembangan  ekowisata berbasis masyarakat yang akan dikembangkan.
Analisis peta dilakukan terhadap peta topografi digital dengan skala 1:25.000  yang mencakup lokasi masing-masing sumber daya ekowisata dengan menggunakan SIG. Dalam analisis ini diperlukan data berupa posisi masing-masing objek/atraksi, jalur sirkulasi, dan fasilitas ekowisata yaitu koordinat titik yang diperlukan dalam pemetaan dengan SIG. Selanjutnya posisi masing-masing objek/atraksi, jalur sirkulasi, dan fasilitas ekowisata tersebut dipetakan terhadap peta digital wilayah kecamatan Paloh. Peta digital ini berupa jaringan jalan, sungai, dan batas wilayah yang berguna dalam kegiatan koreksi geometrik. Peta digital dibuat dengan cara pendigitasian peta rupa bumi lokasi penelitian dengan bantuan software ArcView GIS 3,3. Peta digital tersebut kemudian digunakan dalam analisis spasial untuk dijadikan arahan rencana pengembangan lanskap kawasan ekowisata berbasis masyarakat di kecamatan Paloh.
           Sedangkan sintesis spasial digunakan dengan melakukan overlay peta dari peta zonasi potensi yang diperoleh pada tahapan analisis. Kemudian diperoleh peta komposisi dari ketiga aspek yang diteliti yaitu aspek objek/atraksi, aspek wilayah dan aspek sumber daya manusia.

3.      Perencanaan Kawasan
          Tahapan ini merupakan tahapan perumusan atau penyusunan hasil analisis yang telah memberikan output yang bisa menyelesaikan rumusan masalah. Setelah didapatkan zona potensial dari proses analisis, maka dilakukan perencanaan dengan memperhatikan zona-zona yang akan terbagi sesuai dengan hasil analisis pembagian zona yang telah dilakukan. Perencanaan kawasan ini mencakup perencanaan objek/atraksi ekowisata, jalur sirkulasi, dan fasilitas ekowisata yang akan dikembangan di kecamatan Paloh.



 DAFTAR PUSTAKA

World Tourism Organization,  2005.  Tourism 2020 Vision : East Asia And Pacific. Madrid, Spain.
The International Ecotourism Society, 2008, TIES global Ecotourism Fact Sheet. Washington DC, USA
Kerjasama Program Rehabilitasi dan Pemulihan Cadangan Sumberdaya Alam dan Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Departemen Kelautan Dan Perikanan, 2006,. Panduan Pengambilan Data Dengan Metode Rapid Rural Appraisal (RRA) dan Participatory Rural Apparisal (PRA). Volume 2.

Lindberg, Kreg, and D. E. Hawkins, 1993. Ecotourism: A guide for Planners and Manager, The Ecotourism Society. North Bennington.

Departemen Kebudayaan Dan Pariwisata, 2009.,  Prinsip Dan Kriteria Ekowisata Berbasis Masyarakat,  Kerjasama Direktorat Produk Pariwisata Direktorat Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Dan Wwf-Indonesia.

Arsitektur Lanskap Adalah Suatu Kebutuhan


Arsitektur Lanskap dianggap sebagai profesi yang sangat tua dan disaat yang sama juga merupakan profesi yang sangat muda.  Merupakan profesi tua  karena manusia telah memperkerjakan dirinya dengan menata alam dan lingkungan sekitarnya sejak peradaban manusia mulai membangun rumah dan bertahan pada satu daerah yang tetap.  Penataan lingkungan dilakukan disekitar rumah guna memberikan manfaat sebesar-besarnya pada kehidupan sehari-hari.  Berdasarkan sejarah perkembangan kehidupan manusia, mereka selalu menempatkan kebun dan taman-taman disekitar lingkungannya sebagai bagian perkembangan budaya manusia untuk memenuhi kebutuhan akan keindahan disamping kebutuhan primer lainnya.  Pada saat yang sama arsitektur lanskap dianggap sebagai profesi yang sangat muda, karena perkembangan profesi yang sangat pesat dan  baru berkembang diawal abad 20, hal ini menjadikan profesi ini menajdi sangat muda dibanding profesi disain lainnya.  Profesi arsitektur lanskap merupakan profesi dengan materi yang penuh tantangan dalam perkembangan lingkungan dan social serta pertumbuhan populasi dunia.  Selain bergerak dalam dimensi keindahan, profesi ini juga menerapkan aturan pemanfaatan lahan yang berkelanjutan dalam perencanaan lingkungan dan konservasi alam.
Sesuai perjalanan waktu kebutuhan akan profesi arsitektur lanskap begitu meningkat dengan tajam, hal ini tidak saja terjadi pada negara maju seperti Amerika Serikat, Negara-negara Uni Eropa, Jepang, Kanada dan sebagainya tetapi juga di Negara berkembang termasuk di Indonesia.  Dari penelitian terakhir yang dilakukan oleh ASLA (American Society of Landscape Architect), pendapatan arsitek lanskap di USA secara makro telah naik sebesar 23 % dari pendapatan mereka di tahun 1998.  Hal ini merupakan refleksi keinginan masyarakat untuk mendapatkan perumahan, fasilitas rekreasi dan komersial yang lebih baik, dan merupakan peningkatan perhatian terhadap perlindungan lingkungan.  Pengembang pengembang realestat pemukiman dan komersial, badan-badan negara maupun badan pemerintah daerah, komisi-komisi perencanaan kota, dan owner properti individu merupakan beberapa diantara sejumlah ribuan orang dan organisasi di dunia yang akan menerima pelayanan arsitek lanskap.
Lebih dari sebuah profesi yang berarti desain lingkungan, arsitektur lanskap tetap sebagai profesi yang terus berkembang.  Definisi umum yang menjelaskan hal tersebut adalah arsitektur lanskap merupakan seni dan ilmu menganalisa, merencanakan desain, manajemen, perlindungan dan rehabilitasi suatu lahan.  Melengkapi rencana desain dan pengembangan yang terkelola dengan baik, arsitek lanskap menawarkan pelayanan pengaturan keindahan dan keahlian mengurangi biaya-biaya dan menambahkan nilai-nilai jangka panjang terhadap suatu proyek.
Terdapat perbedaan nyata yang terlihat antara arsitektur lanskap dan profesi-profesi  desain lain.  Arsitek secara inti mendesain gedung-gedung dan struktur-struktur dengan penggunaan khusus, seperti rumah, perkantoran, sekolah dan pabrik.  Insinyur sipil mengaplikasikan prinsip-prinsip ilmu pada desain infrastruktur kota seperti jalan, jembatan, dan penggunaan-penggunaan publik lainnya.  Perencana kota (planolog) membangun secara keseluruhan pengembangan kota-kota dan wilayah.  Arsitek lanskap menyentuh  semua bidang profesi-profesi desain diatas, menggabungkan elemen-elemen dari setiap profesi tersebut.  Mempunyai pengetahuan kerja arsitektur, sipil, dan perencana kota, arsitek lanskap menempatkan elemen-elemen dari setiap bidang kerja diatas untuk estetika desain dan hubungan-hubungan praktis terhadap lahan.
Arsitek Lanskap mempelajari serta berusaha mengatasi masalah rusaknya tempat-tempat bersejarah, namun bukan untuk menjadi sejarawan.  Arsitek lanskap mempelajari masalah menjadi langkanya sumber enerji yang tidak dapat pulih dan pengolahan serta pengusahaan yang lebih baik dari sumber-sumber enerji dapat pulih, namun bukan untuk menjadi ahli enerji.  Arsitek lanskap mempelajari berbagai cabang seni dan budaya, baik seni lukis, seni rupa, seni suara, dsb, namun bukan untuk menjadi seniman atau budayawan.  Walaupun ia mempelajari berbagai disiplin ilmu dan seni budaya, seorang arsitek lanskap adalah seutuhnya arsitek lanskap dengan bidang profesinya Arsitektur Lanskap.
Arsitek lanskap adalah produk pendidikan Arsitektur Lanskap, ia adalah seorang professional dalam bidangnya.  Cara pikirnya, gagasan-gagasannya adalah khas buah pikiran yang diwarnai dan bernafaskan arsitektur lanskap walaupun beberapa unsur pembentuknya ada yang bersumber disiplin-disiplin ilmu lain. (Medha Baskara).

Review

"Ilmu Arsitektur Lanskap adalah ilmu dan seni yang mempelajari pegaturan ruang dan massa ruang terbuka, dengan mengkombinasikan elemen2 lanskap alami dan / atau buatan manusia, baik secara horizontal maupun vertikal, agar tercipta karya lingkungan yang secara fungsional berguna secara estetika indah, efektif, serasi, seimbang, teratur dan tertib, sehingga tercapai kepuasan rohani dan jasmani manusia dan mahluk hidup di dalamnya".

Harapan Pasca Kemah Budaya Serumpun 2010



Oleh  : *Sabahan

Kemah Budaya Serumpun 2010 telah usai. Kemah Budaya Serumpun Indonesia-Malaysia-Brunei Darussalam yang dipusatkan di halaman kantor bupati Sambas ini merupakan kegiatan kepramukaan yang bernuansa wisata dan budaya yang bertujuan mempererat persaudaraan dan persahabatan antar negara baik Indonesia-Malaysia-Brunei Darussalam. Kegiatan kepramukaan yang diikuti oleh kurang lebih 2000 peserta ini terbilang cukup sukses walaupun masih terdapat beberapa kekurangan di dalamnya. Banyak hal yang didapat dari kegiatan ini yang diantaranya adalah terjalinnya ikatan tali silaturahmi antar peserta baik lokal, nasional sampai dengan internasional (Malaysia dan Brunai Darussalam), juga sebagai wahana promosi daerah terutama dalam hal memperkenalkan potensi wisata budaya, sejarah, dan alam yang dimiliki daerah ke mancanegara serta diharapkan dapat membantu/merangsang pertumbuhan ekonomi masyarakat lokal. Melihat berbagai hal positif ini, kita  menaruh harapan besar agar kegiatan semacam ini dapat dijadikan agenda rutin pemerintah daerah ke depannya.

Disamping hal tersebut di atas, ada beberapa hal juga yang patut kita koreksi dan pantas untuk kita persiapkan ke depanya. Kegiatan perkemahan dalam skala luas semacam ini memberi efek pencitraan yang luar biasa bagi kabupaten sambas. Oleh karenanya akan lebih baik kiranya kita menilik beberapa kekurangan dan potensi yang dimiliki. Kegiatan besar semacam ini tentunya memerlukan perencanaan yang matang, mulai dari tahap persiapan awal, penjadwalan, teknis pelaksanaan di lapangan, sampai dengan evaluasi pasca kegiatan. Hal ini patut dilakukan guna terwujudnya harapan agar ke depannya event semacam ini terlaksana dengan lebih baik lagi. Berkenaan dengan hal tersebut, saya ingin memberikan masukan terutama menyangkut lokasi perkemahan, akan lebih baik kiranya pusat kegiatan kepramukaan seperti ini hendaknya ditempatkan pada lokasi yang bernuansa alam, megingat perkemahan merupakan kegiatan yang identik dengan alam. Terasa kurang umum bila kegiatan perkemahan dilakukan di dalam kota dan di tengah-tengah kompleks perkantoran seperti yang telah dilaksanakan belakangan ini. Untuk itu kiranya ke depannya pemerintah daerah dapat mempersiapkan area/tempat perkemahan (camping ground) yang refresentatif dan sesuai dengan konsep dasarnya (nuansa alam). Hal ini tentunya juga diperkuat dengan mempertimbangkan bahwa kegitan perkemahan tidak hanya dilakukan dalam rangka kemah budaya serumpun saja, tapi juga dapat digunakan sebagai area perkemahan pada berbagai tingkat kepanduan termasuk juga dapat diperuntukkan untuk kegiatan wisata keluarga. 

Harapan kita juga agar area perkemahan dibuat permanen dengan penataan landscape dan penempatan fasilitas pendukung yang tepat. Berdasarkan pantauan kita bahwa kawasan Sorat Lubuk Lagak Kecamatan Sambas merupakan kawasan yang tetap untuk dikembangkan sebagai pusat kegiatan perkemahan di kabupaten sambas. Hal ini didasari dengan kondisi alam terutama menyangkut ketersediaan air, jenis tanah, bentuk lahan, dan keberadaan hutan dengan berbagai keanekaraman hayatinya. Jika hal ini terwujud, maka besar harapan kita kegiatan semacam ini akan terlaksana lebih sukses lagi ke depannya.

Potret Wisata di Sawahlunto


Oleh : *Sabahan


Beberapa bulan yang lalu saya dan teman-teman mahasiswa pascasarjana jurusan arsitektur lanskap IPB berkesempatan melakukan fieldtrip di propinsi Sumatera Barat, bersama dua dosen pengampu mata kuliah Perencanaan Lanskap Kawasan Wisata dan Apresiasi & Pelestarian Lanskap Budaya yaitu ibu Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA dan ibu Dr. Ir. Nurhayati, MS. Perjalanan kami cukup panjang dan melewati berbagai kabupaten/kota yang ada di propinsi tersebut, mulai dari kabupaten Padang Pariaman, Solok, Batu Sangkar, Tanah Datar, Lima puluh kota, Agam, kota Payakumbuh, Bukit Tinggi dan kota Sawalunto. Pada kesempatan itu saya merasa banyak hal yang didapat terutama selama melakukan pengamatan lanskap kawasan wisata di kota Sawahlunto dan saya kira hal ini patut untuk disampaikan guna menambah kekayaan referensi wisata kita bersama. Oleh sebab itu tergerak hati saya untuk berbagi cerita dengan para pembaca sekalian. 

Sawahlunto adalah salah satu diantara sejumlah kota yang terletak di kawasan Bukit Barisan di Sumatera Barat, tetapi mempunyai riwayat kehadiran yang berbeda dengan kota lain di propinsi tersebut. Kota seperti Bukit Tinggi, Batusangkar, Payakumbuh, Padang Panjang dan Solok terbentuk oleh perkembangan komunitas Minang, sedangkan Sawahlunto oleh usaha tambang pada zaman pemerintahan Belanda yang dimulai tahun 1888, sehingga penduduknya berasal dari komunitas pekerja tambang yang umumnya berasal dari pulau Jawa.

Kedatangan kami di kota ini mendapat sambutan yang sangat positif dari walikota dan jajarannya. Bapak Ir. Amran Nur selaku walikota memberikan banyak informasi tentang plan development kotanya terutama yang berkenaan dengan sektor pariwisata. Tidak cukup di situ, selama tiga hari kami mengadakan pengamatan objek dan atraksi wisata yang dipandu secara langsung oleh kepala Dinas Pariwisata kota tersebut.

Dari hasil pengamatan di lapangan, kota yang sering disebut masyarakatnya dengan kota kuali (karena keberadaannya yang dikelilingi bukit) ini sesuai dengan cerita pak Wali dan pak Kadis ternyata memang mempunyai objek dan atraksi wisata yang menarik.  Pengamatan kami dimulai dari kantor Wali Kota, jika dilihat penataan taman-taman dan lanskap jalan di sekitar kompleks perkantoran cukup baik, keberadaan ruang terbuka hijau juga terlihat dominan dan tertata di sini. Kemudian kami melanjutkan perjalanan ke arah utara kota dan tidak lama berselang kami memasuki Taman Wisata Kandi, taman yang mempunyai luasan area seluas 35 hektar ini bakal dijadikan kompleks kawasan wisata percontohan yang dikelola langsung oleh pemkot Sawalunto. Pada kawasan wisata ini terdapat taman, kebun binatang, kebun buah, fasilitas outbond dan kawasan wisata air. Atas inisitif pak Wali juga taman ini di bawah manajemen yang tim ahli perencanaan dan pengelolaannya berasal dari IPB yang didukung oleh pengusaha dan masyarakat di sekitar kawasan tersebut. Kawasan yang merupakan bekas pertambangan batubara ini kemudian disulap menjadi sebuah kawasan indah dan menarik sehingga menjadi salah satu objek wisata yang menjadi tujuan bagi wisatawan luar di kota ini. Tidak begitu jauh dari taman wisata kandi terdapat sirkuit balapan, arena  pacuan  kuda dan lapangan golf. Balapan gokart dan pacuan kuda biasanya rutin dilakukan setiap bulan Desember mengingat tanggal 1 Desember merupakan hari lahirnya kota Sawahlonto, dan pada momentum ini kota Sawahlunto biasanya mengalami puncak kedatangan wisatawan. Selain itu pada kawasan yang lain yang berada tidak terlalu jauh dari Taman Wisata Kandi juga terdapat Dream  Land yang konsepnya mengadopsi Dufan (dunia fantasi Jakarta) meskipun kawasan ini masih dalam tahap pembangunan tahap awal tetapi melihat site plan dan paparan dari kepala dinas pariwisata, saya yakin objek wisata ini akan menjadi pilihan destinasi wisatawan domestik dan luar nantinya apalagi desainnya disusun oleh tim ahli dari ITB. 

Di sebelah selatan kota ini terdapat water boom yang menyuguhkan beragam permainan yang dibuat berdasarkan tingkat usia mulai anak-anak sampai dengan remaja/orang dewasa. Tema dalam ragam permainan ini berbeda-beda. Menikmati petualangan air di water boom tidak hanya seru dan tegang tetapi juga sangat mengasyikkan. Semua ketegangan ini akan berakhir dengan perasaan yang menyenangkan, sehingga dapat menghilangkan stress.
 
Sedangkan di pusat kota benar-benar dikemas untuk tujuan wisata sehingga memberikan nuansa yang nyaman bagi pengunjung di sini. Objek wisata yang ada di pusat kota ini adalah  lubang mbah Soero, museum gudang ransum, rumah Pek Sin Kek, museum kereta api, gedung  pusat kebudayaan dan kantor bekas perusahaan tambang batubara Ombilin yang masih mempertahankan nuansa kolonial dari segi arsitekturalnya membuat kota ini sangat berbeda dari kota-kota lainnya di Indonesia. Selain menyuguhkan wisata budaya dan sejarah, di pusat kota ini juga menjadi tempat wisata belanja dan kuliner. Berbagai hasil kerajinaan tangan masyarakat lokal dijual di gerai-gerai toko, mulai dari tenunan sampai dengan pernak-pernik aneka ragam jenis batu. Begitu juga halnya dengan makanan, selain menyediakan aneka masakan khas minang disini juga menyediakan berbagai jenis makanan khas daerah lain seperti masakan jawa dan madura. Masyarakat di kota ini seolah-olah semua berpartisipasi dalam kegiatan wisata, dan sepertinya wisata di sini sudah menjadi suatu bisnis bagi masyarakatnya.

Akhirnya, melihat berkembangnya pariwisata di kota ini, patut kiranya kita cermati bahwa perencanaan dan pengelolaan lanskap kawasan wisata mempunyai peranan penting untuk memajukan wisata di suatu daerah. Pak Wali sering bilang bahwa kota sawahlunto berkembang dan maju karena berkembang dan majunya wisata, dan menurut beliau wisata adalah bisnis yang sangat menguntungkan. Empat stakeholder  utama dalam pembangunan sektor pariwisata yaitu pemerintah, ahli/perencana, pengusaha, dan masyarakat haruslah mempunyai visi dan misi yang sinergis dan perlu diingat bahwa pembangunan sektor pariwisata selain dapat meningkatkan pendapatan asli daerah sesungguhnya juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara langsung.
Semoga bermanfaat bagi kemajuan sektor pariwisata di Kalbar.

*Dosen Politeknik Sambas