Laman

Landscape

Landscape
"Good View"

Jumat, 17 Desember 2010

Sebuah Catatan Lanskap Jalan Kota Sambas



Oleh : *Sabahan


Lanskap Jalan adalah wajah dari karakter lahan atau tapak yang terbentuk pada Iingkungan  jalan, baik yang terbentuk dari elemen lanskap alamiah seperti bentuk topografi lahan yang mempunyai panorama yang indah, maupun yang terbentuk dari elemen lanskap buatan manusia yang disesuaikan dengan kondisi lahannya. Lanskap jalan ini mempunyai ciri-ciri khas karena harus disesuaikan dengan persyaratan geometrik jalan dan diperuntukkan terutama bagi kenyamanan pemakai jalan serta diusahakan untuk menciptakan Iingkungan jalan yang indah, nyaman dan memenuhi fungsi keamanan.

Melihat kondisi jalan-jalan utama di Kota Sambas yang sebagian besar masih dalam tahap pengerjaan seperti jalan Terigas perlu kiranya Pemda Sambas lewat Dinas Pemukiman dan Prasarana Wilayah (Kimpraswil) memperhatikan konsep perencanaan lanskap jalan yang bersinergi dengan lingkungan ke depannya, hal ini dimaksudkan agar keberadaan jalan tidak saja diperuntukkan sebagai prasarana transportasi tapi juga sebagai tempat yang mempunyai multi fungsi positif. Sebagai salah satu kota yang sedang giat membangun, ini dapat dijadikan momentum pembangunan Sambas yang berkelanjutan, dengan penataan lanskap jalan yang baik maka dapat menciptakan suasana indah, aman dan nyaman sehingga dapat dijadikan  salah satu daya tarik tersendiri bagi Kabupaten Sambas ke depannya.

Dalam hal perencanaan lanskap jalan ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu jalur tepi jalan, jalur tengah (median), daerah tikungan, dan pada daerah persimpangan. Jalur tanaman pada jalur tepi jalan diletakkan di tepi jalur lalu lintas, yaitu diantara jalur lalu lintas kendaraan dan jalur pejalan kaki, pada jalur tengah (median) yang dapat ditanami harus mempunyai lebar minimum 0.80 m, sedangkan lebar ideal adalah 4 – 6 m, persyaratan yang harus diperhatikan dalam penempatan dan pemilihan jenis tanaman pada daerah tikungan antara lain jarak pandang henti, panjang tikungan dan ruang bebas samping tikungan, tanaman rendah yang berdaun padat dan berwarna terang dengan ketinggian maksimum 0,8 m yang ditempatkan pada ujung tikungan. Persyaratan geometrik yang ada kaitannya dengan perencanaan lanskap jalan adalah daerah bebas pandang yang harus terbuka agar tidak mengurangi jarak pandang pengemudi (Departemen PU).

Secara umum, hard material  yang dijumpai pada lanskap jalan Kota Sambas memiliki kondisi yang cukup baik hanya saja perlu kiranya penempatan jalur pedestrian (trotoar) pada node-node padat penduduk, dari segi soft material  khususnya tanaman (vegetasi) yang dijumpai di lapangan  masih perlu penataan yang serius. Penataan tanaman diharapkan  menjadi salah satu hal yang prioritas dalam perencanaan pembangunan dan pengembangan jalan nantinya. Penempatan dan pemilihan jenis tanaman haruslah tepat, misalnya di daerah green belt  atau di luar bahu jalan idealnya ditanami pepohonan yang massal dan ditanam secara berbaris serta memiliki kekhususan pada titik tertentu. Tanaman pengarah, pembatas, dan screen ditaman secara berbaris dan dikondisikan pada level pertumbuhan tertentu untuk memudahkan pemeliharaan. Pada node-node tertentu, dapat ditanam jenis palem raja (Roystonea regia Kunth), akasia (Akasia mangium), bunga kupu-kupu (Bauhinia purparea L), mahoni (Swietenia mahagoni), kenari (Canarium commune), salam (Syzygium polyanthum), dan tanjung (Mimusops elengii). Sedangkan pada daerah median dan pulau jalan dapat ditanami dengan tanaman semak yang disesuaikan fungsinya (rekayasa lingkungan, estetika maupun fungsi arsitektural). Tanaman yang dapat ditanam pada daerah ini seperti puring (Codiaeum variegiatum), werkisiana, nusa indah (Mussaenda sp), soka (Ixora javanica), dan kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis).
Tanaman  yang dikomposisikan dalam daerah jalan dapat difungsikan sebagai fungsi kenyamanan, keselamatan pengemudi, mencegah kecelakaan, fungsi estetika, konservasi lingkungan, dan fungsi harmonisasi dengan lingkungan. Permasalahan utama pada lanskap jalan adalah gas-gas yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor. Penelitian yang telah dilakukan di Indonesia (oleh Dr. Nizar Nasrullah) telah menunjukkan keragaman kemampuan berbagai jenis tanaman dalam kaitannya dengan kemampuan untuk menjerat dan menyerap gas-gas berbahaya (pereduksi polusi). Perkiraan kebutuhan akan jenis vegetasi sesuai dengan maksud ini tergantung pada jenis dan jumlah kendaraan, serta susunan jenis dan jumlahnya.

Udara alami yang bersih sering juga dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Adanya tanaman pada daerah di sekitar jalan, partikel padat yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon melalui proses jerapan dan serapan. Dengan adanya mekanisme ini jumlah debu yang melayang-layang di udara akan menurun. Partikel yang melayang-layang di permukaan bumi sebagian akan terjerap (menempel) pada permukaan daun, khususnya daun yang berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon, cabang dan ranting. Trikoma daun dapat menyerap butir-butir debu, melalui gerakan elektrostatik dan elektromagnetik. 

Selain itu peningkatan suhu udara di perkotaan sebagai akibat meluasnya areal terbangun sebagai hasil dari proses urbanisasi yang intensif. Kota akan menyimpan dan melepaskan panas di siang hari dan malam hari. Pada malam hari kota menjadi lebih panas dibanding daerah sekitarnya dan terjadi efek pulau bahang atau urban heat island. Jalur hijau vegetasi berguna untuk mengurangi efek pulau bahang. Tumbuhan dan air akan mengurangi panas melalui evapotranspirasi yang dilakukan. Penambahan luas permukaan untuk vegetasi dapat menurunkan suhu maksimum udara.

Kenaikan suhu permukaan dapat menyebabkan kenaikan suhu udara, kelembaban udara, dan evapotranspirasi sehingga jika pengurangan areal bervegetasi pada suatu daerah tidak dipantau dan dikendalikan akibat kegiatan konversi lahan dan kerusakan lingkungan, maka dapat menyebabkan tingkat kenyamanan hidup bagi masyarakat akan menurun. Oleh sebab itu sebagai Ruang Terbuka Hijau Kota (RTHK), maka peran tanaman / vegetasi sebagai salah satu elemen pembentuk lanskap jalan memiliki peranan yang sangat penting. Fungsi tersebut dapat berjalan dengan baik tergantung pada peletakan tanaman sesuai dengan peruntukan dan fungsi area / zona masing-masing.

Akhirnya, dengan penataan lanskap jalan yang baik maka diharapkan Kota Sambas dapat menjadi kota yang dapat menciptakan suasana indah, aman, dan nyaman sehingga dapat menciptakan daya tarik tersendiri bagi Kabupaten Sambas di masa yang akan datang.

(Tulisan ini dimuat dalam opini Pontianak Post edisi 20 Pebruari 2010)


*Mahasiswa Pascasarjana Departemen Arsitektur Lanskap IPB Bogor.

1 komentar:

  1. Diperlukan perencana dan perancang yang berwawasan lingkungan agar kota Sambas menjadi Kota yang "inyan" (indah dan nyaman)

    BalasHapus